SUBANG MASA KEMERDEKAAN



Masa Kemerdekaan
Masa Proklamasi
Proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat Subang menyambut berita kemerdekaan dengan kegembiraan, berita tersebut menimbulkan reaksi bagi orang yang aktif dalam pergerakan dan selamat dari penangkapan Jepang, sampai saatnya untuk mencapai pengharapan yang didambakan oleh rakyat terlepas dari penindasan Jepang.
                        Setelah Proklamasi kemerdekaan banyak hal yang diputuskan di Jakarta dan berdampak terhadap daerah yaitu :
·          18 Agustus 1945 penyusunan alat dan perlengkapan negara
·          19 Agustus 1945 pembentukan kabinet presidensil
·          5 Oktober 1945 BKR (Badan Kemanan Rakyat) menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
·          3 Nopember 1945 maklumat pemerintah tentang pembentukan partai dan laskar-laskar partai
Keputusan dari pemerintah pusat mempengaruhi di wilayah Subang lahir badan-badan perjuangan yaitu :
-          BKR bermarkas di Gedong Gede
-          Hizbullah bermarkas di Gedung Big House
-          Laskar Buruh Indonesia
-          Pasukan Tarate di Gedung Casip (Catatan Sipil)

Masa Agresi I Belanda
Pada Tanggal 29 September 1945 tentara sekutu mendarat di Jakarta, suatu usaha kaum kolonial untuk mengembalikan kaum kolonial untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia, Inggris dan Belnada menandatangani persetujuan bahwa Inggris akan melucuti tentara Jepang dengan di boncengi oleh NICA (Netherlands Indies Cipil Administration).
Kedatangan tentara sekutu dan NICA akhirnya muncul pergerakan Belanda Agresi Militer I, pada masa Agresi Militer Belanda Keresidenan Jakarta sejak tahun 1946 berkedudukan di Subang, kemudian pada tanggal 25 Oktober 1947 residen mengadakan rapat untuk memutuskan bahwa dalam menjamin kelancaran roda pemerintahan dibentuk pemerintahan darurat dengan wilayah kekuasaan yang dikelola oleh koordinator wilayah. Wilayah koordinator terbagi menjadi dua yaitu :
1.        Wilayah Karawang Timur meliputi Purwakarta, Sagalaherang, Subang, Pamanukan, dan Ciasem dengan koordinator Danta Ganda Wikarna
2.        Wilayah Koordinator Barat dengan koordinator Syafei
Pada tanggal 17 Januari 1948 dilaksanakan perjanjian Renville, perjanjian tersebut berisi tentang Wilayah Republik Indonesia untuk di Pulau Jawa terdiri dari sebagian wilayah Jawa Tengah dan Wilayah Jawa Timur, sedangkan wilayah Jawa Barat termasuk wilayah yang dikuasai Belanda, terkecuali wilayah Banten yang masih dikuasai oleh Tentara Nasional Indonesia di bawah pimpinan Sukanda Bratamanggala.
Panglima Divisi Siliwangi Abdul Haris Nasution pada tanggal 2 Februari 1948 memerintahkan pasukannya untuk melakukan hijrah (long march) ke Yogyakarta akibat dari hasil perjajnian Renville. Berdasarkan pertimbangan tertentu tidak seluruh pasukan ditarik dari kantong-kantong gerilya di Jawa Barat, salahsatunya di wilayah Subang. Semangat perjuangan gerilyawan yang tidak ikut hijrah ke Yogyakarta  dibantu oleh unsur pemerintahan keresidenan Karawang Timur tetap berpendirian harus ada pemerintahan Republik Indonesia di daerah pendudukan Belanda.
Pada tanggal 5 April 1948 diadakan rapat di Cimanggu Cimenteng yang diikuti oleh Badan Pekerja Daerah Keresidenan Jakarta, unsur pemerintahan Karawang Timur, unsur TNI yang tidak ikut hijrah, rapat ini membuat keputusan sebagai berikut :
1.      Syafei sebelumnya sebagai koordinator wilayah Karawang Barat dinyatakan sebagai Bupati Karawang Barat
2.      Danta Ganda Wikarma sebelumnya sebgai koordinator wilayah Karawang Timur dinyatakan sebagai Bupati Karawang Timur.
Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah Wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabuapten Purwakarta dengan Ibukotanya di Subang. Penetapan nama Kabuapten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang kemudian ditetapkan melalui DPRD No: 01/SK/DPRD/1977 (Disparbud Provinsi Jawa Barat, 2011:139).
Perjuangan melawan Belanda dengan taktik gerilya berlangsung terus dengan jiwa militan, dibantu dengan dukungan dan partisipasi rakyat dalam bentuk perbekalan bahan makanan untuk seluruh perangkat pejuang yang dikoordinir oleh suatu badan yang dinamakan Badan Perlengkapan Desa. Pada masa perjuangan tersebut Bupati Dnata Ganda Wikarna tertangkap oleh Belanda, lalu ditawan di Kebonwaru Bandung hingga wafat dalam tahanan. Untuk mengisi kekosongan pimpinan Karawang Timur diadakan suatu rapat di Kampung Citamiang Desa Siluman Pabuaran. Rapat tersebut diputuskan bahwa R.S. Sunarya Ronggowaluyo diangkat menjadi Bupati kedua Karawang Timur menggantikan Danta Ganda Wikarna (Disparbud Provinsi Jawa Barat, 2011:139).

 Masa Agresi II Belanda
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer ke II, Ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta berhasil dikuasai oleh Belanda, pasukan Siliwangi yang hijrah ke Yogyakarta kembali menuju Jawa Barat pada tanggal 20 Desember 1948. Kembalinya pasukan Siliwangi ke wilayah Jawa Barat, serangan terhadap Belanda semakin meningkat, pertempuran terjadi di daerah Ciseupan Kecamatan Tanjungsiang, pasukan Siliwangi di bawah pimpinan Engkong Darsono dapat melumpuhkan pasukan Belanda NICA dan merebut persenjataan milik Belanda, sebagai peringatan atas peristiwa tersebut didirikan sebuah monumen (Tugu/Patung peringatan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar